Sabtu, 29 Maret 2008

Tugas tambahan

Bulan depan adalah bulan perjuangan bagi saya. Setelah selama hampir dua semester ini saya tidak pernah mendapatkan tugas mengajar tambahan, april besok selama 1 bulan penuh bakal menjadi bulan yang panjang setiap harinya karena tugas tambahan tersebut. Memang terus terang saya bukan orang yang rajin, itu saya akui. Tapi penambahan 16 jam dari semula 18 jam menjadi 34 jam per minggu berarti lebih banyak dedikasi dan pengorbanan. Bagi seorang guru tidak tetap (GTT) seperti saya, penambahan jam berarti penambahan 'uang saku', satu hal yang patut di syukuri.

Tahun kemarin ketika saya mendapatkan tambahan tugas mengajar adalah saat-saat paling menguras tenaga dan pemikiran. Hal ini dikarenakan tugas tambahan tersebut jauh dari disiplin ilmu saya yang aslinya dari bahasa. Waktu itu saya mendapatkan tugas mengajar IPA kelas 9. Untung saja saya punya sedikit minat dengan eksakta ketika saya masih duduk di 'secondary school' sehingga kesulitan tersebut tidak memundurkan saya dari memberikan materi sebagai guru pengganti untuk sementara waktu. Mungkin ada pertanyaan, kenapa saya?, apakah tidak ada orang lain yang lebih cocok dibandingkan saya?, entahlah, tapi kita tidak pernah bisa menilai diri kita sendiri. Adalah bagian tugas sosial seorang individu untuk menilai orang lain. Mungkin penilaian itu didasarkan pada keleluasaan waktu saya sebagai pengajar dengan 3 hari kosong atau interval-interval lain yang saya acuh akan hal itu.

Jauh berbeda dengan tugas waktu itu. Tugas kali ini saya di 'manjakan' dengan kenyataan bahwa saya adalah pengajar bahasa yang diakui, setidaknya oleh pihak sekolah. Dan cukuplah itu membuat saya berbesar hati. Saya ditugaskan untuk mengisi kekosongan jam kelas 8 karena 2 guru tetap (baca: PNS) senior dikirim masing-masing 10 hari secara berurutan sehingga total keseluruhan adalah 20 hari. Pihak sekolah juga berfikiran untuk mengefektifkan guru-guru senior hanya di kelas 9 untuk mendorong peningkatan nilai akhir mereka, sehingga jam mengajar mereka di kelas 8 di alihkan ke guru-guru lainnya.

Yang menjadi beban bagi saya bukan 100 persen karena penugasan itu, tapi lebih ke diri saya sendiri. Dari pengalaman saya bekerja sebagai guru selama hampir 4 tahun, saya terhitung gampang capek, kadang hilang konsentrasi dan hilangnya vokal saya jika terlalu dipaksakan ceramah terus menerus. Hal ini sebenarnya ada solusinya, akan tetapi akan mengurangi kenikmatan mengajar bagi saya. Disamping itu, sepertinya anak didik kami memang cenderung <i>talkactive</i>, sehingga menuntut kami lebih aktif mengelola mereka. Ini bakal menjadi tantangan baru bagi saya yang belum pernah mengajar di kelas mereka.

*A burden is when you think it is.
*Thinking will not solve problems but action will.
*The only way to move mountain is by lumps.