Sebenarnya tradisi makan di kelas adalah tradisi buruk yang sudah ada lama sejak kita semua dulu masih duduk di bangku sekolah. Dan sepertinya tradisi-tradisi jelek zaman kita dulu masih diwarisi oleh anak-anak zaman sekarang. Sesaat sebelum pelajaran dimulai saya memang sepintas melihat beberapa anak mengunyah permen karet. Saya seperti layaknya guru lain langsung memerintahkan permen karet tadi untuk dibuang, karena memang makan di dalam kelas jelas tidak berdampak baik. Sebagian menuruti saya seketika itu juga, akan tetapi memang usia anak SLTP atau sederajat memang di kenal suka berontak. Langsung saja saya buat peraturan untuk mengatasi bentuk indisipliner tadi dengan memberikan 'bonus' berupa 20 bungkus permen karet dimakan sekaligus dalam waktu 30 menit.
Nah, si wawan ini ternyata memiliki naluri suka tantangan. Saya jelas-jelas tahu kalau di mulutnya tidak secuilpun ada permen karet. Layaknya acara Fear Factor di TV dia mengacungkan jari mengambil tantangan yang saya berikan. Saya sempat berulang kali mengatakan dengan jelas peraturan tantangan tersebut, akan tetapi dia merasa mendapatkan permen gratis itu enak, apalagi ini 20 butir. Dalam bahasa jawa ini bisa di sebut dengan 'bejo kemayangan'. Yah, memang akhirnya saya menyerah dengan tekad anak saya yang satu ini. "Oke, tolong belikan saya 20 permen karet" ungkap saya kepada salah satu anak. "Kita tidak ada dendam lho wan, ini kamu yang minta lho ya..", "Oke pak!" kata wawan.
Setelah permen karetnya datang, si wawan kemudian dengan lahapnya mengunyah permen tersebut. Saya persilahkan dia untuk berdiri di depan agar mudah teman-temannya melihatnya, lumayan dapet 'model' gratis. Mulailah dia mengunyah permen karet yang penuh di mulutnya itu. "Yak, Mulai!" kata saya. Waktu berjalan pelan sepertinya bagi wawan karena setelah beberapa kunyahan dia mulai kewalahan. Sepertinya otot rahangnya mulai pegal. Sampai kadang keluar liurnya di barengi riuhnya tertawa teman-teman sekelasnya menganggap apa yang mereka lihat begitu lucunya. Wawan yang awalnya tadi sepertinya super human tapi sepertinya tekanan permen karet di mulutnya sudah terlalu berat. Wawan.. wawan, kasihan.. matanya sudah berubah merah sepertinya saya lihat dari kejauhan. Setelah berjuang selama kurang lebih 4 menit akhirnya saya dekati dia, "gimana wan? Lanjut?". "Hah..nyerah pak"."Oke, selesai, buang keluar wan!" kata saya.
Sepertinya teman-teman wawan tidak terkecuali dia, sudah mendapatkan pesannya. Usai ia membuang permen karet itu saya bertanya kepada dia, "gimana rasanya wan?". "ah, sakit pak".